Info Sriwijaya.

Kota Palembang dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya. Namun saat ini jika kita amati di Kota Palembang, tidak ada monumental sejarah kebesarn Sriwijaya seperti bekas Istana Kerajaan, taman pemandian puteri dan sebagainya. Namun demikian kita dapat menuluri lintasan sejarah kebesaran Sriwijaya masa lalu itu dengan media Prasasti, Berita dari Negeri Cina.

Adapun Prasasti Kerajaan Sriwijayayang telah diketemukan  sebagai berikut :

 

  1. Prasasti tertua yang sampai sekarang dianggap sebagai petunjuk paling awal tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya adalah prasasti yang ditemukan di tepi Sungai Kedukan Bukit pada tahun 1920 sehingga disebut prasasti Kedukan Bukit. Prasasti bertanggal 12 Juni 682 Masehi itu menyebutkan perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minanga Tanwan dengan menggunakan perahu bersama dua laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki. Perjalanan ini berakhir di mukha-p- dan kemudian mendirikan wanua (perkampungan) yang diberi nama Sriwijaya.
  2. Prasasti Talang Tuo bertanggal 23 Maret 684 Masehi yang ditemukan di Desa Gandus, Palembang, pada tahun 1920 disebutkan mengenai pembangunan taman oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa untuk semua makhluk. Taman bernama Sriksetra itu mempunyai pohon-pohon yang buahnya dapat dimakan.
  3. Prasasti Telaga Batu berbentuk batu lempeng mendekati segi lima yang di atasnya ada tujuh kepala ular kobra, serta adanya sebentuk mangkuk kecil dengan cerat di bawahnya. Prasasti ini diduga kuat digunakan untuk pelaksanaan sumpah para calon pejabat, di mana pejabat yang disumpah kemudian meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui cerat tersebut. Inti sumpahnya adalah ikrar untuk taat dan patuh kepada raja demi menegakkan kebesaran Sriwijaya. Sebagai sarana untuk persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan. Oleh karena prasasti itu ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918, maka pastilah Palembang dulunya merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya.
  4. Prasasti Kota Kapur yang ditemukan di Pulau Bangka pada bulan Desember 1892 oleh JK Van der Meulen, diperoleh petunjuk mengenai kerajaan Sriwijaya yang sedang berusaha menaklukkan Bumi Jawa. Prasasti itu sendiri disebut kalangan arkeolog sebagai prasasti persumpahan karena di dalamnya berisi ancaman-ancaman kutukan mati terhadap mereka yang tidak setia, mencoba memberontak, atau tidak berlaku hormat kepada Kedatuan Sriwijaya. Hanya saja, dibagian akhir prasasti, menurut penerjemahan Coedes, ditulis:
  • “dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka! Tahun Saka 608, hari pertama paruh terang bukan Waisakha (sama dengan 28 Februari 686 Masehi). pada saat itulah kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang bhumi jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.”

Prasasti dari Nalanda memberitakan adanya Kerajaan Sriwijaya sebagai berikut :

Prasasti Raja Dewapaladewa dari Nalanda yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 M, yang menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa dari Suwarnadwipa (Sriwijaya) membuat sebuah biara. Kedua, prasasti Raja Rajaraja I yang berangka tahun 1044 M ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan tahun 1046 M ditulis dalam bahasa Tamil. Prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Kataha dan Sriwisaya, Marawijayayottunggawarman memberi hadiah sebuah desa untuk dipersembahkan kepada sang Buddha yang berada di dalam biara Cudamaniwarna, yang terletak di Kota Nagipattana.

Tinggalkan komentar