Siwet Songket

 Songket Palembang sudah tersohor keindahannya. Kain hasil tenunan halus ini memiliki ciri khas berupa motif benang emas dan perak yang variatif serta warna yang indah. Siapapun gadis Palembang yang mengenakannya, terlihat bertambah cantik.
Sejak dulu Palembang ramai didatangi oleh para pedagang dari berbagai penjuru dunia untuk berniaga. Para pedagang dari Tiongkok misalnya, datang membawa kain sutera sedangkan pedagang India membawa benang emas dan perak. Kedua bahan itu kemudian digabungkan oleh tangan-tangan terampil para gadis Palembang. Mereka menenunnya di pedesaan hingga menghasilkan kain tenun yang mencirikan kebudayaaan Melayu. Kain itu kemudian dikenal dengan nama Songket yang menjadi kain khas Palembang yang tersohor di Pulau Sumatera.
Semenanjung Malaka hingga pelosok tanah air bahkan mancanegara. Selanjutnya, Songket bukan cuma menjadi kain tenun khas Palembang melainkan juga kain tenun khas Melayu.Menurut Yeni (26 thn), salah satu pengelola Tujuh Saudara, perusahaan yang bergerak dibidang produksi kain khas Palembang, pembuatan kain tenun Songket ini menggunakan seperangkat alat tenun yang disebut Dayan melalui tahapan yang rumit. Sebelum ditenun, benang sutra yang awalnya berwarna putih dilakukan proses pewarnaan terlebih dahulu.
Kemudian dilanjutkan dengan tahap pencukitan yang mirip dengan proses streamin dalam penyulaman sesuai pola corak dan motif yang sudah didesain. Baru kemudian penenunan dimulai. Seluruh proses dapat memakan waktu hingga tiga bulan untuk mendapatkan kain songket yang halus. “Kalau kain tenun yang agak kasar hiasanya hanya sekitar satu bulan,” jelas Yeni.
Alat tenunnya yang berbahan dasar kayu ada berbagai macam. Masing-masing memiliki nama dan fungsi tersendiri seperti dayan, beliro, pelipir, penyincing, tuju bilang, chacha, suri (sisir) buluh bambu, apit, dan pur.Tak hanya perangkat peralatan dan tahapan pembuatannya yang rumit, dalam pola corak warna dan motif benang emasnya pun juga banyak macamnya. Setiap bentang kain ada 4 bagian yaitu pinggiran, tumpal, tengah, dan tretes untuk ujung siku kain. Setiap bagiannya itu motifnya berbeda. “Bahkan di bagian Tumpal terdapat 4 jenis motif yaitu ombak, rumpak, carebung, dan tawur. Begitu juga di bagian tengah ada beberapa macam, seperti lepus, tabor, limar, dan bungo Cino,” ungkap Lia (20 thn), adik Yeni.
Bagi sebagian orang memiliki Songket mempunyai gengsi tersendiri, sebab bisa menunjukkan martabat pemakainya. Oleh karena itu kain ini oleh pemiliknya tetap dijaga dengan baik bahkan dijadikan koleksi hingga kemudian diwariskan ke anak-cucu. Semakin tua umur Songket Palembang, semakin mahal harganya.
Kain Songket biasanya digunakan oleh pria dan wanita pada acara-acara pernikahan yang tidak hanya berasal dari adat Palembang tetapi juga daerah-daerah lain. Atau pada resepsi resmi dan acara-acara adat. Hasil industri rumah tangga ini seringkali dijadikan
cenderamata wisatawan saat bertandang ke Palembang atau kota lain di Sumatera Selatan.
Di pasaran Kota Palembang, harga songket bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Perawatannya mudah, kain atau selendang songket digulung lalu dimasukkan ke dalam kotak atau kantong dan diberi sedikit merica agar tidak dimakan rayap.

Tips :
Di Palembang banyak toko souvenir yang menjual kain tenun Songket Palembang. Selain songket, ada lagi hasil industri rumah tangga lainnya yakni kain tajung dan gebeng yang ditenun dari benang sutera, batik Palembang, pelangi (sewet jumputan), pradan (prado) yakni kain ukiran yang diberi cat perado, ukiran kayu, dan perabot/hiasan dari kayu lak. Berikut tempat-tempat membeli kerajinan khas Palembang :
1. Pengrajin Tenun Songket (dan cindera mata tradisional Palembang), Hj. Asmi Astari Songket, Jl. TI. Kerangga Wirosentiko No.273 Palembang.
2. Mir Senen Galery, AKBP H.M.Amin No.43 Palembang.
3. Serengam Setia, tempat menjual kain songket, Jl. Ki Gede Ing Suro No.164 Palembang.
4. Rumah Lima Aziz (handycraft), Jl. Demang Lebar Daun No.51 Palembang
songket-depan.JPG —songket-dlm1.JPG

Tinggalkan komentar