Qiamul Lail.

Sholat Tahajud

Allah berfirman dalam QS. Al-Furqon: 63-64 : “Dan hamba-hamba Allah yang
Maha penyayang (ialah) mereka yang berjalan di permukaan bumi ini dengan
merendah diri, dan apabila orang-orang jahil mengajak mereka berbicara
(dengan perkataan yang tidak sopan), mereka menjawab dengan perkataan yang
sopan. Dan mereka itu apabila pada waktu malam hari bersujud dan berdiri
(shalat) karena (ikhlas) kepada Tuhan mereka.”

Al-Mughirah bin Syu’bah Radhiallahu’anhu berkata:
“Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berdiri (sholat pada waktu malam)
sehingga kedua kaki beliau bengkak. Maka beliau ditanya; Bukankah Allah
telah mengampunimu dosa yang telah lalu dan yang akan datang? Beliau
menjawab: Apakah tidak sepatutnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Sholat tahajjud adalah sama dengan Qiyamul lail, arti qiyamul lail adalah
sholat malam. bisa juga disebut tahajjud asalnya dari kata kerja (fi’il)
tahajjada, artinya: bangun tidur. Firman Allah dalam Al-Isra’: 79 : “Dan
pada sebagian malam hendaklah engkau ber-tahajjud (bangun untuk shalat),
sebagai tambahan (shalat sunnat) bagimu, niscaya Tuhanmu akan bangkitkanmu
pada kedudukan yang terpuji.”

Qiyamul lail itu hukumnya sunnah, sebagaimana Rasulullah sabdakan, “Shalat
yang paling utama sesudah (shalat) fardhu, (ialah) shalat lail” (HR. Muslim)

Waktu untuk qiyamul lail terbentang dari sejak seseorang selesai menunaikan
shalat isya hingga sebelum terbit fajar sebagai tanda permulaan waktu shalat
subuh. Adapun waktu yang paling utama untuk menunaikan qiyamul lail adalah
pada akhir malam atau sering juga disebut apabila malam sudah tinggal
sepertiganya.

Aisyah meriwayatkan : “Rasulullah pernah shalat antara waktu yang kosong
(selesai) shalat isya’ hingga fajar sebelas rakaat, beliau memberi salam
pada tiap-tiap dua rakaat dan berwitir satu rakaat” (HR Bukhari).

Dari Aisyah, ia berkata:
Setiap malam Rasululah mengerjakan shalat witir, yaitu pada permulaan malam,
atau pada pertengahan malam, atau pada akhir malam dan shalat witirnya itu
selesai pada waktu dini hari (akhir malam sebelum terbit fajar) (HR
Jama’ah).

Di hadits lain, Dari Aisyah, ia berkata: Tiap malam Rasulullah berwitir dan
witirnya itu selesai hingga dini hari” (HR Bukhari).

Qiyamul lail itu boleh dikerjakan pada awal malam atau pertengahan malam.
Tetapi yang paling utama adalah dini hari dan selesai sebelum adzan subuh
dikumandangkan kira-kira orang selesai membaca lima puluh ayat al-Qur’an
sebagaimana hadits zaid bin sabit ia berkata: Kami makan sahur bersama Nabi
kemudian beliau pergi shalat. Ada yang bertanya: Berapa (lama) antara adzan
dan waktu makan sahur ? Dia (Zaid) menjawab: kira-kira (selama membaca) lima
puluh ayat” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rakaatnya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tidak pernah sholat malam melebihi 11
rakaat + 2 rakaat sholat iftitah (awalan) sehingga total 13 rakaat. adapun
hadits2 yang melebihi 13 rokaatnya semuanya adalah dhoif.

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: shalat Nabi saw tiga belas rakaat, yaitu shalat
pada waktu malam” (HR Muslim)

“Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah tidak pernah menambah shalatnya pada
bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan yang lain dari sebelas rakaat” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan banyak hadits shahih, qiyamul lail yang pernah dikerjakan
Rasulullah itu 10 rakaat, 8 rakaat, 6 rakaat. 4 rakaat dan paling sedikit 2
rakaat.

caranya

Tata caranya boleh dua rakaat dua rakaat salam, boleh juga empat rokaat
empat rokaat salam

Dari Ibnu Umar, ia menceritakan bahwa Rasulullah telah bersabda: shalat lail
itu dua (rakaat) dua (rakaat). apabila engkau tahu bahwa waktu subuh akan
tiba, hendaklah engkau kerjakan shalat witir satu rakaat. Ibnu Umar ditanya:
Apa yang dimaksud dua-dua itu ? Ia menjawab : yaitu memberi salam tiap-tiap
dua rakaat.” (HR. Muslim).

Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah tidak pernah menambah (rakaat shalatnya)
pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan yang lain dari sebelas rakaat;
beliau shalat empat rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan
panjangnya; kemudia beliau shalat empat rakkat (lagi), jangan engkau tanya
tentang bagus dan panjangnya, sesudah itu beliau shalat tiga (rakkat).” (HR
Bukhari dan Muslim).

Aisyah berkata, “Adalah Rasulullah saw shalat empat rakaat di waktu malam,
lalu beliau istirahat dan berlangsung lama sehingga aku kasihan padanya”

Doa Qiyamul Lail

Tidak ada doa khusus setelah qiyamul lail. doa apa saja yang dibutuhkan
asalkan yang baik doa itu mengandung kebaikan.

Dari Anas Radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai anak
Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan
aku ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya
dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit
kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai
anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh
bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka
akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan ” (Riwayat Turmuzi
dan dia berkata : haditsnya hasan shahih).

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang memusuhi
waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya
seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan beribadah
dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu
mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah diluar
yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka
Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya
yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul
dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya
akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku
lindungi ” (Riwayat Bukhori)wallahu a’lam

Wassalamu’alaikum wa rohmatullohi Ta’ala wa barokatuhu

sumber :

– Al Quran
– Fiqhus sunnah karya sayyid sabiq + kitab tamamul minnah syaikh al albani
– shifat tarawih nabi karya syaikh salim al hilaly dan syaikh hasan abdul
hamid

Jazakallohi khoiron katsiroon untuk akh Tilmidzi

—–Original Message—–
From: Susiana
Sent: Wednesday, December 14, 2005 2:30 PM
To: DT; ESyCi; EzPeKaCe; KelasAlam; MI; musarema; muslimmen;
[EMAIL PROTECTED]; te qi en
Subject: [muslim_kebumen] Bertahajjudlah Bersama Oran g Orang Yang Tahajjud

Assalamu’alaikum wa rohmatullohi Ta’ala wa barokatuhu

Qiyaamul lail akan menciptakan kebahagiaan jiwa dan kedamaian didalam dada.
Rasululloh Shollallohu ‘alaihi wa salam telah menyebutkan di dalam hadits
sahih bahwa seorang hamba yang bangun tengah malam, ingat Alloh, kemudian
mengambil wudhu’ dan melakukan sholat, maka dia akan semakin energik dan
jiwanya tenang.

” Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam ” QS. Adz Dzuriyaat : 17

” Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai ibadah
tambahan bagimu ” QS. Al Israa : 79

Qiyaamul lail akan menghilangkan penyakit dari tubuh. Ini adalah hadits
shahih yang diriwayatkan oleh Abu Daud Radhiyallahu ‘anhu .

Dalam hadits yang lain disebutkan: ” Sebaik baik hamba adalah pada saat dia
melakukan qiyaamul lail.”

Salah satu waktu ijabahnya doa adalah sepertiga malam terakhir..yang berarti
pada saat kita melakukan qiyaamul lail, sebagaimana hadits berikut :

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun
setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu
berfirman ;
barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan, barangsiapa yang memohon,
pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku
akan mengampuninya”. [Shahih Al-Bukhari, kitab Da’awaat bab Doa Nisfullail
7/149-150]

dan biar tambah mantep …niat kita buat mendirikan sholat malam…yuk kita
baca artikel dibawah

Tahajud Penenang Hati
(Oleh : Muhammad Bajuri, Harian Republika, Kamis, 16 Juni 2005)

Allah SWT berfirman, ”Dan pada sebagian malam hari bershalat Tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat
kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Israa’: 79). Firman Allah ini merupakan
salah satu dasar disyariatkannya shalat Tahajud. Dengan begitu, shalat
Tahajud sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan, shalat Tahajud menduduki
posisi kedua setelah shalat wajib. Seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam , ”Shalat yang manakah yang paling
utama setelah shalat wajib?” Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam
menjawab, ”Shalat Tahajud!” (HR Muslim).

Tahajud sendiri artinya bangun dari tidur. Dengan demikian, shalat Tahajud
adalah shalat yang dikerjakan di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur
terlebih dahulu, walaupun tidurnya hanya sebentar. Shalat Tahajud yang
dilakukan di tengah malam, di mana kebanyakan manusia terlelap dalam
tidurnya dan berbagai aktivitas hidup berhenti, serta suasana begitu hening,
sunyi, dan tenang, sangat menunjang konsentrasi seseorang yang akan
mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SubhanaHu Wa Ta’ala. Di samping
kondisi eksternal ini, juga terdapat kondisi internal, yaitu sebuah
ketenangan yang dirasakan oleh psikis atau batin manusia yang melakukan
shalat Tahajud.

Ketenangan dan ketenteraman yang diperoleh oleh seseorang yang melakukan
shalat Tahajud memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Sebab, dalam
shalat Tahajud terdapat dimensi dzikrullah (mengingat Allah). Ini
sebagaimana firman Allah SubhanaHu Wa Ta’ala, ”(yaitu) Orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28).
Sehingga, dalam hal ini terdapat rumusan hukum imbasan atau sebab akibat
(kausalitas). Yakni, bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan tenteram,
maka berdekat-dekatlah kepada Dia Yang Mahatenang dan Mahatenteram, agar
sifat-sifat itu mengimbas kepada kita.

Dengan demikian, shalat Tahajud yang dikerjakan dengan ikhlas akan mampu
mengurangi beban kejiwaan yang sedang menyelimuti seseorang. Allah SubhanaHu
Wa Ta’ala berfirman, ”Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah
(untuk shalat) di malam hari.” (Al-Muzammil: 1-2). Kata berselimut dalam
ayat di atas secara kontekstual dapat diartikan dengan orang yang sedang
dirundung masalah: Kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran, atau ketakutan
karena menghadapi berbagai kemungkinan yang menimpanya. Sebab, ayat tadi
turun setelah Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam mulai mendapatkan
olok-olok dan ancaman dari kaum Quraisy.

Shalat Tahajud merupakan kebutuhan dalam menghadapi problem kehidupan.
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Kalian harus
mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelummu,
jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, penebus dosa dan kejelekan, serta
penangkal penyakit dari badan.” (HR Tirmidzi). Wallahu a’lam bish-shawab.

Jadi temans….selamat menggapai malam malam penuh ketenangan …

Wassalamu’alaikum wa rohmatullohi Ta’ala wa barokatuhu

( dari berbagai sumber )

Tinggalkan komentar