Menjelang Ramadhan (2)

Menjelang ramadhan : SEMANGAT BARU
Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi SAW : “Siapa yang puasa ( shaum ) bulan Ramadhan karena percaya dan benar-benar mengharapkan rdho/pahala Allah, maka diampunkan dosa yang telah lalu.” ( HR. Bukhari, Muslim )
Bulan suci Ramadhan telah tiba, bulan ke- 9 dalam kalender Islam yang berdasarkan peredaran bulan ( kalender Qomariah ). Bulan yang amat dirindukan oleh umat Islam di seluruh dunia, karena kita ketahui banyaknya keutamaan yang dijanjikan Allah SWT. Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang mewajibkan umat Islam yang beriman untuk shaum pada bulan Ramadhan. Pada bulan ini Allah SWT memberi kesempatan kepada kita untuk meghapus segala dosa-dosa kita, mananam sebanyak-banyaknya amal ibadah sebagai investasi kita nanti di akhirat. Seperti kita lihat pada hadits di atas, bahwa Allah SWT akan mengampuni bagi hambanya yang shaum pada bulan Ramadhan, namun ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu niat dalam diri kita. Tidak ada seoarang pun yang mengetahui niat apa yang tersembunyi dalam hati, saat kita melakukan ibadah/ shaum. Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui segala niat-niatan yang terlintas dalam hati dan diri kita.
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, ampunan, dan kemenangan. Kemenangan tertinggi seorang muslim adalah memperoleh ampunan dan surga Firdaus yang telah dijanjikan (manusia bertaqwa ). Pada bulan suci ini, dibuka selebar-lebarnya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan pahala ibadah dilipatgandakan.
Tidak hanya dalam hal akhirat saja kita mendapat untung, namun dalam kehidupan dunia kita juga mendapat keuntungan. Di bulan Ramadhan, umat Islam dilatih untuk berdisiplin, mengatur waktu, menjaga tingkah laku, ucapan dan tindakan. Point-point tersebut sangat berpengaruh bagi kehidupan kita sehari-hari, bahkan tidak dapat dipungkiri, jika kita dapat menerapkannya dalam hsdup ini, kesuksesan dunia bisa berada dalam genggaman kita. Dan jika ditambah dengan ibadah yang baik. Bukan tidak mungkin kita sukses dunia – akhirat.
Sayangnya banyak umat Islam ( remaja terutama ) yang justru melewatkan Ramadhan dengan aktivitas yang tidak jelas manfaatnya, seperti tidur-tiduran sambil nonton TV, main gaple, ngerumpi, main gitar dan lain-lain kegiatan mubazir. Ini terjadi karena lemahnya keimanan dan pemahaman terhadap Islam sehingga mereka berpuasa bukan karena keikhlasan melainkan semata-mata hanya untuk menggugurkan kewajiban, karena disuruh orang tua, ikut-ikutan, bahkan ada yang shaum karena terpaksa.
Oleh sebab itu, dibutuhkan modal iman dan taqwa. Kita harus berusaha untuk terus luruskan niat, karena dalam perjalanannya nanti, pasti akan ada hal-hal yang dapat membengkokkan niat. Jangan sampai shaum yang telah kita jalani selama seharian atau sebulan penuh sia-sia, hanya mendapatkan lapar dan haus.
Jika kita analogikan layaknya ulat yang berada dalam kepompong, ia tidak makan atau minum dalam bebarapa lama, ia juga tahan terhadap terpaan angin, tidak mudah goyah. Ia tetap bertahan untuk mencapai tujuaannya menjadi seekor kupu-kupu. Kupu-kupu penghias taman, bermanfaat dalam penyerbukan ( bagi mahluk lain ). Kupu- kupu juga wujud nyata dari sebuah penafsiran, bahwa keindahan tidak harus terlahir dari sesuatu yang indah. Begitu pula bulan Ramadhan ini, mungkin saja sebelum bulan Ramadhan ia seorang pencuri, pembunuh, pemabuk, atau tingkah laku buruk lainnya. Setelah bulan Ramadhan ia menjadi seorang yang berguna bagi orang lain.
Manfaatkan bulan Ramadhan ini sebagai bulan pembinaan ruhiah dan tingkah laku. Agar setelah bulan Ramadhan kita menjadi manusia yang berbeda dari sebelumnya, menjadi lebih baik, baik ibadahnya serta tingkah lakunya. Jadikan bulan Ramadhan ini, bulan Ramadhan yang terbaik dalam hidup kita, anggaplah ini merupakan bulan Ramadhan terakhir dalam hidup kita. Karena kita tidak tahu apakah Allah SWT akan berkenan mempertemukan lagi dengan bulan Ramadhan berikutnya. Wallahu A’lam Bishowwab.

Menghadapi Kritikan Pedas
Sang Pencipta dan Pemberi rezki Yang Maha Mulia, acapkali mendapat cacian dan cercaan dari orang-orang pandir yang tak berakal. Maka, apalagi saya, anda dan kita sebagai manusia yang selalu terpelest dan salah. Dalam hidup ini, terutama jika anda seorang yang selalu memberi manfaat, memperbaiki, mempengaruhi dan berusaha membangun, maka anda akan selalu menjumpai kritikan-kritikan yang pedas dan pahit. Mungkin pula,sesekali anda akan mendapat cemoohan dan hinaan dari orang lain.
Dan mereka, tak akan pernah diam mengkritik kita sebelum masuk ke dalam liang bumi, menaiki tangga ke langit, dan berpisah dengan mereka. Adapun bila kita masih berada di tengah-tengah mereka, maka akan selalu ada perbuatan mereka yang membuat kita bersedih dan meneteskan air mata, atau membuat tempat tidur kita selalu terasa gerah. Namun, jangan sampai kesedihan itu memadamkan kobaran api semangat, meredakan tekad, dan membekukan jiwa. Kita hanya patut bersedih atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan atau tak lebih dari sebuah penyesalan terhadap kebaikan-kebaikan yang terlewatkan, ketidakmampuan kita mencapai derajat yang tinggi dan kesadaran bahwa kita telah melakukan banyak kesalahan.
Ada pepatah mengatakan, orang yang duduk di atas tanah tak akan pernah jatuh, dan manusia tidak akan pernah menendang anjing yang sudah mati. Adapun mereka, marah dan kesal serta tidak suka dengan kepada kita adalah karena mungkin anda mengungguli mereka dalam hal kebaikan, keilmuan, tindak tanduk, atau harta. Namun, tidak membuat kita sombong, sebab sombong bukan pakaian yang pantas untuk manusia, dia adalah milik Yang Kuasa. Jelasnya, anda di mata mereka adalah orang berdosa yang tak terampuni sampai anda melepaskan semua karunia dan nikmat Allah yang ada pada diri anda, atau sampai anda meninggalkan semua sifat terpuji dan nilai-nilai luhur yang selama ini kita pegang tsguh. Dan menjadi orang yang bodoh, pandir dan tolol adalah yang mereka inginkan dari diri anda.
Oleh sebab itu, waspadalah terhadap apa yang mereka katakan; kuatkan jiwa untuk mendengar kritikan, cemoohan dan hinaan mereka! Bersikaplah laksana batu cadas; tetap kokoh berdiri meski diterpa butiran-butiran salju yang menderanya setiap saat dan ia justru semakin kokoh karenanya. Artinya, jika kita merasa terusik dan terpengaruh oleh kritikan atau cemoohan mereka berarti kita meluluskan keinginan mareka untuk mengotori dan mencemarkan kehidupan kita. Padahal, yang terbaik adalah menjawab atau merespon kritikan mereka dengan menunjukkan ahlak yang baik. Acuhkan saja mereka, dan jangan pernah merasa tertekan oleh setiap upadaya mereka untuk menjatuhkan kita! Sebab, kritikan mereka yang menyakitkan itu pada hakikatnya merupakan ungkapan penghormatan kepada anda. Yakni, semakin tinggi derajat dan posisi yang anda duduki, maka akan semakin pedas pula kritikan itu.
Banyak tauladan Rosulullah yang perlu kita contoh; bliau pernah dilempar kotoran unta oleh orang-orang kafir Mekah, kedua kakinya dicederai dan wajahnya mereka lukai. Beliau pernah pula dituduh sebagai seorang penyair ( bukan penyampai wahyu Allah ), dukun, orang gila, dan pembohong. Apakah seberat itu kritikan atau cobaan yang kita alami?
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu ( cobaan ) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangan ( dengan bermacam-macam cobaan )” Al- Baqarah : 214
Betapapun, anda akan kesulitan membungkam mulut mereka dan menahan gerakan mulut mereka. Yang anda mampu, adalah hanya mengubur dalam-dalam setiap kritikan mereka yang tidak membangun, mengabaikan solah polah mereka pada anda, dan cukup mengomentari setiap perkataan mereka sebagaimana yang diperintah Allah“ Katakanlah ( kepada mereka ) : “ Matilah kamu karena kemarahanmu itu “ ( Ali Imran : 119 )
Bahkan, anda juga dapat mencokolkan potongan-potongan daging ke mulut mereka agar diam seribu bahasa dengan cara memperbanyak keutamaan, memperbaiki ahlak, dan meluruskan setiap kesalahan anda. Dan bila kita berpikir ingin diterima oleh semua pihak, dicintai semua orang, dan terhindar dari cela, berarti anda telah menginginkan sesuatu yang mustahil terjadi dan mengangankan sesuatu yang terlalu jauh untuk diwujudkan. Karena pasti akan ada orang-orang yang tidak suka dengan sikap kita sekalipun itu benar.
Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha dengan apa yang dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan sabar pertolongan-Nya merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat paling mulia dari seorang mukmin. Dan ketika seorang hamba yakin bahwa apa yang akan terjadi itu baik baginya, dan ia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Rabbnya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan,pencukupan serta pertolongan dari Allah. Wallahu a’lam bishowab

Tinggalkan komentar